Senin, 03 Mei 2010

Pohon Apel

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon apel besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon apel itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rindang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon apel itu. Demikian pula pohon apel sangat mencintai anak kecil itu. Waktu berlalu begitu cepatnya,hingga sang anak tadi tumbuh beranjak remaja. Sang anak tadi mulai jarang bermain-main dibawah pohon tersebut. Pohon itupun merasakan kesedihan karena tak lagi melihat anak kecil itu bermain dibawahnya. tak ada lagi tawa riang sang anak yg bisa didengarnya, tak ada lagi senyum manis yang bisa ia ilhat dari bibir anak tersebut. Suatu hari sang anak kembali ke bawah pohon apel,tapi kali ini dengan wajah yang murung. Kesedihan jelas tergambar diwajah anak tersebut. Sang pohon yang melihat sang anak bermurung durja seperti itu ingin menghiburnya..
"Marilah kemari. Kita bermain seperti dulu". Ajak sang pohon dengan lembut.
"aku bukan anak kecil lagi, untuk bisa bermain-main denganmu" Jawab sang anak ketus.
"Aku butuh mainan seperti anak-anak lain seumurku. karena itu aku butuh uang tuk beli mainan" Lanjut sang anak.
"Aku tak punya uang sepeserpun, tapi aku masih mempunyai buah apel yang manis dan segar yang bisa kau jual untuk mendapatkan uang dan membeli mainanmu" Ucap pohon menawarkan bantuan tuk sang anak. Anak tersebut tersenyum bahagia mendengarnya. Ia pun segera memetik buah apel dari pohon tersebut dan kemudian menjualnya dipasar. Dari uang jualan apel tersebut,ia dapat membeli maian yang selama ini diidam-idamkan. Ia senang dan merasa puas karena keinginannya terpenuhi. Akan tetapi setelah kejadian tersebut sang anak kembali lupa dengan pohon apel. Sang pohon kembali bersedih.

Tak lama berselang, sang anak tersebut datang kembali dengan wajah murung seperti kejadian yang lalu, tapi kali ini ia sudah beranjak jadi lelaki dewasa dan berkeluarga. Dan kali ini dengan masalah yang berbeda. Dialog kembali terjadi antara sang anak dan pohon apel.
"Ada apa..kenapa wajahmu bersedih lagi?" Tanya pohon apel.
"Aku ingin membuat rumah untuk keluargaku" Jawab lelaki tersebut.
"Apa yang bisa kubantu? Bagaimana jika dahan dan rantingku yang kau ambil untuk dijadikan rumah bagi keluargamu?" Sang pohon kembali menawarkan dirinya untuk membantu permasalahan lelaki tersebut. Lelaki itu pun tersenyum dan bernafas lega. Akhirnya ia bisa membuat rumah yang nyaman sebagai tempat berteduh dan perisitrahatan keluarganya. Lelaki itu pergi dalam waktu yang lama. Kembali pohon apel itu dilanda kesedihan.

Setelah sekian lama, lelaki tersebut kembali lagi. Kali ini ia sudah tua. Entah ia sudah merasa bosan dengan kesehariannya. Ia pun ingin menyendiri disebuah pulau. Lagi lagi pohon apel menawarkan batang pohon untuk dijadikan sampan,agar lelaki tersebut bisa berlayar ke pulau impiannya. Lelaki itu pun segera pergi ketika sampan tersebut sudah jadi. Ia kembali pergi dalam waktu yang lama. Lagi-lagi ---dan berulangkali---- pohon itu dilanda kesedihan karena lelaki tersebut. Setelah sekian lama berlayar dan pergi meninggalkan sang pohon,lelaki itu kembali lagi. Kali ini ia terlihat tua dan lelah. Rambut dan jenggotnya sudah dipenuhi uban dimana-mana. Pohon apel kembali bahagia melihat lelaki itu. Ia menyambut kepulangan lelaki tersebut dengan penuh suka-cita. Dan seperti biasa, ia mau mengajak lelaki tersebut bermain, tapi sebelum ia menawarkan diri untuk bermain, pohon tersebut mendadak teringat sesuatu. Ia sudah tidak bisa memberikan buah apel ataupun keteduhan. Dahan dan batang pohonnya sudah dipangkas semua. Yang tersisa tinggal pangkal pohon. Lelaki itu pun ternyata sama, Ia sudah tidak peduli lagi dengan buah ataupun keteduhan yang dulu dirasakannya waktu ia kecil. Bahkan ia tak memperdulikan lagi hiruk-pikuk dunia. Ia lelah. Badannya pun sudah lemah dimakan usia. Yang ia butuhkan adalah ketenangan dan kasih sayang. Kembali pohon apel itu menawarkan dirinya yang tingal pangkal pohon untuk dijadikan alas peristirahatan lelaki tersebut. Laki-laki itu pun duduk dipangkal pohon apel. Pohon apel pun menyambutnya dengan gembira yang tak bisa dilukiskan. Sang pohon hanya bisa tersenyum bahagia.
-----------------




Tahukah kita siapakah pohon apel itu?? Ia adalah orang tua kita.Ketika muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu. Ketika kita tumbuh besar, meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua akan selalu ada untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Kita mungkin berpikir bahwa si anak lelaki telah bertindak sangat kasar pada pohon itu. Mungkin begitulah cara kebanyakan dari kita dalam memperlakukan orangtua kita sendiri. Cerita ini tak dimaksudkan untuk menggurui siapapun. Bahkan cerita ini sudah banya yg baca. Catatan ini sekedar untuk mengingatkan diri pribadi, sebelum kita mulai merasa terusik dengan orang tua kita ---apapun kondisinya, bawel, sudah uzur dst,--- ada baiknya kita kembali mengingat apa yang orang tua kita berikan dan apa yang kita berikan buat orang tua kita..setimpal-kah?

Terima kasih buat gus'e a.n Nur Fathony Ma`shoem diFb dan "mulanira" diMirc #inklusif @dal.net yang telah membaginya di room. Catatan ini sengaja disadur kembali ke blog untuk mengingatkan diri pribadi akan pengorbanan,cinta dan kasih sayang orang tua.untuk mengingatkan diri pribadi akan pengorbanan,cinta dan kasih sayang orang tua.

Tidak ada komentar: