Rabu, 04 September 2013

Tugas Nge_Blog

Terlintas dibenak saya memberikan tugas pada siswa didekolah tempat saya mengajar (Kelas XI SMA) untuk membuat blog. Ide itu muncul, karena semakin tidak terkendalikan ketika saya mencoba masuk di Facebook, saya temukan tulisan-tulisan siswa saya dalam status Facebook, yang menuliskan keadaan, pengalaman, atau sekedar informasi tentang dirinya. terlepas tulisan itu penting tau tidak, saya berfikir jika tulisan-tulisan itu dituangkan dalam tulisan di Blog, dalam bentuk artikel, maka mereka akan coba berkali-kali membaca sebelum dipublish, karena saya menekankan jika tulisan yang kalian tulis apapun itu, berisi informasi yang memang valid, boleh tentang kegemaran, hobi, aktifitas, cerita diri, atau yang laian-lain.

Alasan kedua, karena menurunnya selera membaca,terlebih menulis informasi untuk di share. terlihat dari adanya toko buku "Toga Mas" dipasuruan yang ditutup, karena sepi pengunjung, padahal saya baru saja menambah daftar member di toko tersebut, selain toko buku yang lain.(alasan pribadi hehehe...). Saya berkali-kali membaca jika selera membaca yang tinggi selalu selaras dengan majunya sebuah Negara tersebut dalam SDM penduduknya. Dan yang saya pelajari di agamapun, khususnya islam sangat dianjurkan untuk membaca, terbukti dengan turunnya ayat yang pertama berbunyi irqo (yang artinya "baca"). Dan awal muncul kegemaran menulis, pasti diiringi dari seberapa banyak yang dibaca sebagai pusat informasi.

Bagaimana nasib negara tentunya ditentukan bagaimana pola pikir penduduknya, dan bagaimana nasib kedepan negara ini juga tergantung dari bagaimana life style generasi muda di negara ini. Menjadi tanggung jawab siapa? Pemerintah? Orang tua? Guru? Ustadz? Menurut pendapat saya pribadi itu menjadi tanggung jawab kita semua, sekecil papun upaya yang kita lakukan. Tentunya kita tidak menginginkan generasi kedepan hanya diisi dengan jiwa-jiwa yang sibuk dengan budaya konsumtif, hedonis, alay, bermalas-malasan, hura-hura. Semua memiliki porsi sendiri-sendiri, jangan sampai porsi belajar, membaca, menambah wawasan terhilangkan, atau minim, tertutup dengan porsi besar menikmati dunia hiburan, atau keasyikan dengan gadget.

Tugas membuat blog yang saya berikan ke siswa saya merupakan tugas mandiri, saya meminta mereka membuat account, mendesign, dan memposting dalam waktu satu bulan, diluar jam pelajaran sekolah, dan semua tutorial saya sarankan mereka untyk mencari sendiri di internet. Dan isi dari tulisan, seberapa besar mereka memberikan informasi kepada pembaca merupakan salah satu poin dalam penilaian saya. Dibatas waktu pengumpulan alamat blog, saya random tiap kelas untuk 5 siswa mempresentasikan dikelas cara mereka membuat, isi postingan yang mereka publish, demi meminimalisir kecurangan mereka dibuatkan blog oleh orang lain.

Semoga usaha kecil saya ini bisa saya kerjakan secara istiqomah. Umik saya pernah menyampaikan "selalu luangkan waktumu untuk share ilmu yang kamu punya, mengajarlah dengan baik, dan jangan lupa untuk tidak bosan-bosan terus belajar, meningkatkan mutu apa yang akan kamu sampaikan, karena tidak ada usaha yang sia-sia dimata Allah".

Minggu, 01 September 2013

Menghidupkan Ramadhan

Sore itu dikelas, setelah satu persatu bocah kecil itu mengaji, saya mencoba untuk menceritakan tentang tema puasa, karena waktu itu bertepatan dengan bulan Ramadhan. saya memulai dengan bertanya ke bocah-bocah yang ber usia rata 4-6th, "di kelas ini siapa yang berpuasa?" Semua siswa mengacungkan tangan, "wowww....." . Saya mencoba bertanya satu persatu, "puasa apa?", fandy menjawab, "saya kata ibu puasa sapi bu, habis maem diusapi", nayla juga tidak mau kalah " saya puasa bedug bu, sambil dia membawa teh di botol saku dia yang terlihat sudah diminum" sambil dia cuil-cuil roti yang terbungkus, Rafi juga ikut menjawab, saya puasa magrib bu, ini mulut saya kering, ardian juga ikut menjawab puasa jam 12 sama puasa magrib, dan beragam jawaban dari yang lainnya. Dan saya pu mengapresiasi jawaban-jawaban mereka, ok baik sekali semua disini sudah puasa.

Sekarang saya tanya lagi, "apa saja sih yang tidak boleh dikerjakan saat berpuasa?", jawaban tak kalah menariknya "makan bu..., minum bu..., tidak boleh banyak lari-lari bu, tidak boleh berbohong bu, tidak boleh bertengkar, tidak boleh misuh-misuh(berkata-kata jelek), tidak boleh beli es tilulut yang lewat dirumah bu. Terkadang jawaban mereka mengundang ekspresi senyum saya untuk lebih lebar dari biasanya.

Saya lanjutkan pertanyaan ketiga, biasayanya apa saja yang dikerjakan jika puasa romadhon? bersahut-sahutan mereka menjawab
"sahur, buka puasa, nyumet mercon(menyalakan petasan), beli kembang api, ngaji dimasjid, tarawih, si kembar nabil dan nadinpun ikut menjawab "ngabuburit bu", fandy juga tidak mau kalah "ngecat rumah bu", ayu menjwab "bikin kue bu", khofi nyeletuk, "kata ayahku kalau puasa biar tidak cepat lapar, enaknya banyak-banyak tidur bu"..

Setelah usai sesi pertanyaan, saya lanjutkan untuk menjelaskan esensi berpuasa, khususnya puasa ramadhan, tentunya dengan bahasa yang ringan sesuai usia mereka. Saya sangat senang, apapun kegiatan yang mereka isi selama ramadhan dikeluarga masing-masing, ada upaya untuk menghidupkan ramadhan. Mereka merekam semua kegiatan atau aktifitas ramadhan yang dikerjakan anggota keluarga mereka. Hal terkecilpun yang dikerjakan keluarga, mereka rekam benar-benar untuk mereka tiru. Melatih anak sholat, berpuasa, belajar, dan hal-hal baik lainnya, perlulah diberikan contoh sebagai pembiasaan, bukan sekedar perintah-perintah belaka. Karena diusia mereka kecenderungan hanya meniru dari pembiasaan keluarga. jangan sampai kita meminta anak belajar atau sholat, sedangkan kita asyik-asyik nonton televisi atau sibuk dengan gadget kita.

Mereka mampu berpuasa penuh, setengah hari, atau seperti kata anak-anak tadi ada puasa sapi, juga tidak lepas dari peran orang tua yang memberikan pendidikan, dan pembiasaan untuk menghidupkan suasana Ramadhan. Semoga pembiasaan baik tersebut tidak hanya berhenti di Bulan ramadhan, namun berlanjut di bulan-bulan berikutnya. Karena membiasakan dan memberikan pendidikan pada anak kecil, seperti mengukir diatas batu.

Kamis, 04 April 2013

Belajar

Kemarin sore saat saya tengah asyik bersama santri-santri TPQ ada kejadian yang membuat saya banyak belajar dari mereka. Ada salah satu santri bernama Naila usia sekitar 4 tahun, dan Raya usia sekitar 6 tahun, setelah naila menulis di bukunya tentang Asmaul Husna, dia lanjut membaca iqro'nya ke saya, dengan pertanyaan yang khas dia sampaikan, "bu lely, kalo Naila hari ini lancar, besok naila boleh naik ke halaman berikutnya tidak? truss buku Naila nanti dikasih bintang ya kalau Naila bacanya lancar", saya mengangguk sambil jawab, "nggih, nanti kalau lancar bacanya besok boleh naik ke halaman berikutnya, dan sama bu lely nanti buku Naila dikasih bintang (padahal gambar bintang saya jelek, seadanya :D)" tapi itulah anak-anak reward sekecil apapun, sangat memberikan semangat dan bernilai bagi mereka, tanpa melihat dari nilai, dan harga :)

Naila selesai membaca didepan saya dengan lancar, saya sampaikan "hebat, Naila pinter, dibaca lagi ya, biar tambah lancar" dia senyum-senyum saya sampaikan seperti itu dan tak lupa saya penuhi semua yang saya ucapkan tadi. Dilanjutkan dia ulang-ulang yang sudah dibaca tadi sampai 3 kali (ini aturan yang saya tetapkan sebelum mereka boleh bermain-main, coret-coret papan, atau mulai miminta sesuatu ke saya yang terkadang cukup unik). Singkat cerita lanjut giliran Raya untuk membaca iqro'nya didepan saya, Naila dan Raya sama-sama sampai di iqro' 2, hanya halaman Naila 10 halaman lebih jauh dari Raya, sesampai di 2 baris paling bawah, Raya merasa kesulitan dengan yang dibaca, sesekali dia nampak berfikir lama untuk mengingat huruf hijaiyah yang dia baca, dan Naila yang sudah selesai mengulang 3x bacaannya, dia duduk dibelakang Raya, sambil sesekali ikut membetulkan ketika Raya salah membaca huruf hijaiyah, atau salah dalam pembacaan panjang pendeknya.


Seusai Raya selesai membaca didepan saya, dia bertanya, "Bu, saya baca berapa kali?" saya jawab "3 kali", dan Naila bilang "Bu, Mas Raya bacanya sama Naila ya? nanti kalu salah Naila betulkan", saya tertegun sebentar, dan saya jawab "OK, naila temani Mas Raya baca iqro'nya", tak lama kemudian saya liat mereka sudah sibuk membaca bersama-sama, sesekali Naila betulkan bacaan Raya, dan Raya pun senang karena ada temannya membaca, biasanya Raya suka ogah-ogahan kalau harus mengulang lagi karena melihat teman-temannya sudah asik bermain, menggambar dipapan, bikin pesawat, kejar-kejaran, atau bahkan berebut untuk duduk dipangkuan saya :))



Dari cerita itu saya belajar beberapa hal
1. Belajar memang bisa dari siapa saja, walau ia jauuuh lebih muda
2. Reward tidak harus bernilai secara komersial
3. Sering-sering memberikan reward itu penting, bisa berupa ucapan, kamu hebat, keren kamu disiplin, atau berupa tindakan, dan minimalkan untuk memberikan pujian dari segi fisik, itu akan melatih dia, agar tidak mudah menilai orang lain dari segi fisik.

Selamat Belajar, long life education, dan saya jadi ingat ucapan sahabat FB saya Mbak Wahyu Triahsanti lebih baik kita selalu dalam keadaan berusaha/belajar daripada diam berangan-angan. Ingat lagi semangatnya teman-teman saya diusia yang dikatakan cukup dewasa, dan baru memulai belajar hal baru. Sayapun ingin senantiasa dalam keadaan belajar, apapun yang saya pelajari dan membuat diri saya menjadi lebih baik dari sebelumnya.


Minggu, 06 Januari 2013

WhatsApp

Ok.... Sudah lama saya tidak menulis, rindu rasanya, sekaligus menjawab tantangan teman, tuk berani menulis kisah konyol ini... heuheu Kali ini saya akan menuliskan pengalaman saya dengan salah satu aplikasi massanger yang menurut saya waktu itu "baru", maksudnya saya baru tahu heuheu WhatsApp(WA) Karena sebelumnya HP saya tdk mendukung aplikasi tersebut alias jadul :D

Awal cerita bermula dari pecahnya HP saya , karena habis jatuh dan bagain belakangnya lepas, tapi seperti biasa asal masih bisa dipakai sms, telepon, inet, masih saya cuekin saja... Sampai tiba2 saat saya ada perlu diurusan pekerjaan, ada teman kantor yang menelpon, dan saat saya angkat, begitu saya ucapkan salam, temen saya belum juga menjawab, tiba2 bagian HP saya lepas+batrei juga ikut jatuh, orang disekeliling saya tertawa melihatnya, saya masih ribet pungut tutup HP dab batrei yang jatuh berantakan, heuheuheu Beberapa hari kemudian, atas seizin Allah, saya diberikan hadiah sebuah HP baru, pas bangetttt, pas saya butuh, Alhamdulillah :D(tak lupa ucapan terima kasih sama yang sudah belikan saya HP, HP dengan OS Android, touchscreen pula. Karena saya belum lihai menggunakan touchscreen, saya putuskan tuk simcard saya, saya bagi2, si merah(nomor tuk kantor) di HP baru, si kuning di HP lama.

Satu mingguan, lumayan sudah hampir saya kuasai itu aplikasi di HP(kata orang jawa kemaruk :D), tapi itu lebih cepat ponakan saya, karena dia begitu tau HP saya baru, langsung besoknya sudah bisa bermain game, telpon-telpon menggunakan HP baru saya. Awal masalah muncul saat, ada teman yang tiba-tiba sms, "lely ada WA g?", sebetulnya saya mau tanya apa itu WA, tapi saya coba cari di google dulu lah(bapak dukun dari semua dukun :D), ternyata semacam aplikasi massanger, nah saya kira itu semacam YM yang saya biasa pakai, seketika saya balas, "maaf, saya g punya WA"

Malam harinya karena saya tidak bisa tidur(tentu bukan karena HP baru, karena kebablasan baca buku sampai larut), iseng-iseng saya utak atik HP saya, tanpa saya sadari saya membuat account WA di HP saya, hanya saat itu saya tidak mengaktifkan koneksi internet, paginya sesampai disekolah, saat jam istirahat coba-coba saya aktifkankoneksi wifi dari HP saya, 2 menit kemudi bel masuk, saya kembalikan HP di tas(karena saya berusaha konsisten saat siswa dilarang aktifkan HP, sy juga tdk ingin menggunakan HP saat jam mengajar, jika tidak urgent), sampai akhirnya pulang sekolah. Saya pulang bersama teman kantor saya, karena saat itu panas sangat terik, teman saya ajak beli es, saat saya menunggu es saya jadi, iseng-iseng saya buka HP, ada logo bulat hijau dipojok atas HP saya, saat saya buka, betapa kagetnya saya, ada foto profile teman saya yang tanya account WA kemarin, dengan foto senyum-senyum, miring-miring pula,dengan tulisan "Assalamu'alaikum lely" heuheuheu...

Otak saya bekerja #penasaran, seingat saya, saya belum pernah save foto orang lain ke HP saya, trus ngapain orang ini muncul di HP saya, karena saya masih bingung, dan es saya sudah jadi, buru-buru saya masukkan kembali HP saya ke tas, sesampai dirumah saya coba lihat-lihat lagi HP saya, masih juga foto tuh orang terpampang di HP saya, dan ada sms dari teman saya itu, "lely pake WA dinomor si merah ya?", tambah kacau pikiran saya, bagaimana orang ini bisa tahu?, kan saya tidak pernah add dia, (karena saya kira sistemnya sama seperti di YM), nahhh seperti biasa karena saya bingung, jawaban paling cepet adalah "iya" heuheue....

Sepulang dari mengajar sore, sekitar ba'da isya', saya hubungin teman saya santo, teman yang jika saya tanya bisa bebas, ora isinan, walaupun dia tertawakan atau ejek saya beribu-ribu kali, karena saya banyak belajar ilmu dari dia (thanks yo san atas banyak ilmunya buat saya, mugi manfaat). Saya ceritakan semua kejadian di HP saya, ekspresi dia seperti biasa tertawa terbahak-bahak atas ketulalitan saya :D, dia bilang, owalah mbakyu, kuwi jenenge WhatsApp, dan sampean g perlu add, asal nomor HP sampean ada di phonebook mereka, secara otomatis akan masuk di list WA mereka, begitu juga dengan dengan sampean, bisa tau siapa-siapa teman sampean yang pakai WA, dengan melihat list di WA sampean, setelah itu ditambah penjelasan panjang lebar, dan akhirnya saya paham, saya dapat ilmu baru lagi...

Diujung cerita, baru santo tes WA dengan saya, dan coba-coba menu yang ada, sebelum saya berani balas WA pertama dari teman saya... heuheu Begitulah pengalaman gaptek saya dalam ber WhatsApp.... hehehe Benar juga ketika semakin kita belajar, semakin kita merasa bodoh, semakin banyak hal baru untuk dipelajari. Dari siswa, dari sahabat kecil, dari orang tua, Belajar dari siapapun yang mampu menjelaskan ilmu yang kita butuhkan.... Yukkk.... Semangat belajar, jangan malu bodoh, jangan malu gaptek, jangan malu dikatakan tidak cerdas, karena jika kita mau belajar, itu akan lebih baik, daripada hanya diam dan malu.....

Kamis, 11 Oktober 2012

Reward Sederhana

Awal saya menulis hal ini karena tertarik dengan kejadian tempo hari, ketika saya mengajar, karena ada dari salah satu siswa saya yang bisa menulis sendiri sesuai contoh yang saya berikan, secara spontan saya sampaikan, "wahhh sekarang firda bisa menulis sendiri ya... bu lely kasih bintang dua deh di bukunya"...aksi dari siswa saya yg bernama firda sungguh luar biasa, dia bilang, "besok saya kalu menulis, mau menulis sendiri bu lely, saya mau dapat bintang 2 lagi", dan dia tunjukkan ke teman sekelasnya gambar bintang 2 yg tidak beraturan tersebut. Esoknya ketika dia kumpulkan buku dia didepan kelas, saya lihat bintang yang saya gambar dibukunya diberikan warna yang sangat indah.... Terlintas dibenak saya, hanya sebuah gambar bintang yang buat saya tidak beraturan, karena saya pada dasarnya kurang ahli dalam menggambar, ternyata berefek luar biasa. Hal yang sedarhana, yang disebut reward, walaupun buat saya pribadi nilainya sangat kecil, ternyata menjadi bernilai besar bagi si penerima. Saat saya masih kuliah, dosen saya memberikan tugas, menulis data pribadi kita, pengalaman paling indah dalam hidup kita, dan cita-cita kita, serta apa yang akan kita lakukan jika cita-cita tersebut sudah tercapai.... semua tulisan dikumpulkan dalam amplop, dikirm ke alamat dosen tersebut. sebulan kemudian, amplop-amplop tersebut dibagiakan dan dibagian bawah tulisan kita si dosen memberikan masukan, dan motivasi terhadap cita-cita yang kita inginkan. Dan semua teman2 senyum-senyum sendiri saat membacanya, dan sangat terharu dengan tulisan yang di berikan sang dosen. "reward" satu kata yg terdiri dari 6 huruf, namun berefek luar biasa. Paling tidak itu yang saya alami. sebelumnya saya berfikir bahawa reward harusnya yang mewah, dan sesuatu yang harus bernilai. ternyata kadar nilai yang tinggi untuk reward, bukan si pemberi yang menentukan, tapi si penerima reward. Sederhana. Awalnya, saya sedikit ragu dengan tuah kata itu. Apakah dengan sesuatu yang sederhana bisa membayar sesuatu yang sangat istimewa? Apakah dengan media yang sederhana mampu mewakili kuatnya usaha yang dilakukan, dan sejujurnya, saya ingin memberikan sesuatu yang istimewa pula. Akan tetapi, jika saya menunggu hal istimewa untuk diberikan kepad kalian, mungkin entah kapan. Atau mungkin tidak akan pernah diberikan sama sekali. Untuk semua sahabat, jangan pernah segan-segan untuk memberikan reward untuk orang sekitar kita. sesederhana apapun reward yang kita berikan, jangan ragu untuk diberikan. Jangan beranggapan, bahwa hal-hal kecil yang kita berikan akan berdampak kecil pula. Bukankah kita adalah Ummatan Wasathan? Bukankah Allah juga tidak menyukai hal yang berlebihan?