Rabu, 17 Februari 2010

SYUKUR

Seperti sore tepat pukul 15.45, aku melangkahkan kakiq tuk berangkat ke TPQ.. Rutinitas sehari-hari untuk membantu mengajar. Usia anak didikku disana berkisar 4-6 tahun. Hari minggu adalah jadwal anak2 untuk praktek sholat rawatib berjamaah. Kebetulan kelasku(kelas 1) bergabung dengan kelas 2, 3 dan 4, untuk sholat berjamaah. Untuk kelas 5,6 Madin mereka pelajaran seperti biasa. Ketika itu ustadzah Ain, menginstruksikan agar anak2 mempraktekkan sholat ashar. Dengan diawalin adzan dan iqomah, ada anak yg memang sudah gilirannya untuk menjadi imam, maju kedepan untuk melihat rapinya barisan makmum. Setelah barisan makmum dianggap sudah rapi, imam memulai untuk memimpin sholat berjamaah. Saya dan ustdzah2 yang lainnya berkeliling membetulkan gerakan dan posisi sholat anak2 jika ada yang kurang benar. Setelah rokaat kedua mata saya tertuju pada seorang anak perempuan yg pada saat sujud, posisi kakinya miring kekiri tidak berposisi selayaknya posisi kaki ketika sujud. Saya perlahan dekati dan berniat membetulkan posisi kaki anak itu. Tetapi tiba2 tangan saya bergetar, dan hati saya terhentak, ketika memegang kaki anak itu. Kaki dia disamping tertutup mukena, masih ditutup menggunakan kaos kaki hitam. Ada satu lagi, kaki yg saya pegang bukan kaki yg pada umumnya yg bertulang dan ada daging yg menempel, tetapi kaki itu keras sekali. Dan persaan saya mengatakan bahwa itu bukan kaki, dan bukan gips yg biasanya dipakai untuk kaki palsu, tetapi itu "kayu" yg hanya dibentuk model kaki, tetapi permukaan kayu itu masih kasar, sehingga saya dapat merasakan betul itu. Bercampur aduk rasa bingung, penasaran, dan berbagai pertanyaan yang terlintas difikiran saya. Ingin sekali saya bertanya, "kenapa dengan kakimu nak?" Tetapi niat untuk bertanya itu saya urungkan, melihat dengan sigap dia berdiri untuk melanjutkan sholat ke rakaat berikutnya. Sambil berlalu dari posisi itu, saya berjalan untuk melihat anak-anak yang lain, tetapi pikiran saya tetap masih terfokus disitu. Setelah sholat berjamaah dan doa selesai, mata saya tertuju pada anak itu, dan dia memang pendiam. Lebih memilih untuk tidak bergurau dengan teman-temannya. Saat dia memasuki kelasnya, saya lihat bagaimana dia dengan berjalan tertatih-tatih agar bisa berjalan bersama teman-temannya. Ironisnya lagi saat pulang saya liahat dia menaiki sepeda "jenki"(istilah jawa) dengan terlebih dahulu mengayuh menggunakan satu kaki. Baru saat sepeda dan posisi dia sudah pas, kaki yang satunya dia gunakan untuk penstabil. Jelas itu sangat membuka fikiran saya. Anak sekecil dan memiliki kondisi fisik seperti itu mampu berjuang terus untuk maju dan mencari ilmu. Ya Allah... Sungguh aku bersyukur kepadaMu, dan jadikanlah hamba insan yg memiliki hati yg sabar dan ikhlas. Harapanku, semoga dia menjadi anak yang solihah, kuat, membagiakan orang tua, dan mampu menjadi generasi penerus bangsa yang berakhlak mulia...Aminnn Ya Rabb...

4 komentar:

agustri mengatakan...

amin. tapi gak digodain lagi sama murid2nya khan .:)

masmo mengatakan...

amiin..:)

Anonim mengatakan...

Predilection casinos? sustain this untested [url=http://www.realcazinoz.com]casino[/url] president and horseplay online casino games like slots, blackjack, roulette, baccarat and more at www.realcazinoz.com .
you can also commingle from our untrained [url=http://freecasinogames2010.webs.com]casino[/url] disdain at http://freecasinogames2010.webs.com and best of to valid folding shin-plasters !
another late-model [url=http://www.ttittancasino.com]casino spiele[/url] in the sector of is www.ttittancasino.com , in win ground sod german gamblers, shelter manumitted online casino bonus.

lely mengatakan...

mas agus : lha klo sing nggodani cah cilik2 ngunu, paling2 yo ngompol/minta bantuin pipis, atau gelayutan di pundak :D
kak masmo : amin juga :D