Kamis, 02 Desember 2010

Nasehat (Ego) Orang Tua

Nasehat salah seorang bapak

"Karena anakku adalah satu-satunya manusia dimuka bumi ini yang ingin aku lihat lebih baik"dariku"

"Anakku adalah satu-satunya manusia yang ingin aku lihat lebih bahagia dariku dimuka bumi ini"

Dengan ungkapan-ungkapan seperti itulah bapakku memulai setiap pembicaraan denganku tentang masa depan pendidikanku saat aku kecil dulu, tentang cita-citaku saat masa kanak-kanak, dan tentang pendangan-pandanganku dalam kehidupan setelah aku menjadi lelaki dewasa. Bapakku selalu mengulanginya selama 30 tahun tanpa merasa bosan atau lelah bahkan tanpa melihat kembali pengaruhnya seolah-olah ungkapan itu adalah Wahyu suci yang turun dari langit. Demi menjalankan ungkapan tersebut bapak melakukan segala cara guna mendorongku agar aku menjadi seorang engginer, dan mengulangi-ulangi ditelingaku pagi dan sore tidak jarang sambil berteriak-teriak memaki atau mungkin "mendidik".

Walaupun aku gagal mendapatkan batasan minimal dari apa yang dia cita-citakan, Bapakku tetap tidak mau mengoreksi atau mengilangkan ungkapan tersebut. Bapakku (dan banyak bapak-bapak yang lain pada masa ini) tak pernah mau mengoreksi dirinya, memperbaiki perilaku juga tak pernah mau lebih realistis dengan dirinya sendiri juga dengan anak-nakanya, juga tak pernah mau mengaku bahwa dia hendak menggapai mimpi-mimpinya melalui anak-anaknya, dengan menghilangkan semua mimpi-mimpi khusus milik anak-anaknya.

Seorang Ayah yang menjadi dokter hendak mewariskan nama serta tempat praktek yang dia bangun dgn keringat dan air mata kepada anaknya, seorang ayah yang pengacara menginginkan firma hukumnya tetap jaya sepanjang masa, seorang ayah yang bisnisman selalu bercita-cita agar kerajaan bisnisnya tetap langgeng dan diwarisi oleh anak-anaknya.. akan tetapi dalam banyak kesempatan hal ini merupakan kedholiman pada fihak yang lain.

Karena aku bukan termasuk orang yang suka menangisi yang telah berlalu, serta menyesali apa yangtelah lewat, maka aku putuskan untuk menata kembali ungkapan "suci" tersebut dengan lebih baik lagi untuk kita semua (Bapak dan anak)

Beginilah aku putuskan untuk hidup sejalan dengan "Kaidah" pribadiku yang berkata "Anakku adalah satu-satunya manusia dimuka bumi ini yang hendak aku lihat menjadi manusia yang lebih bahagia dariku, bukan lebih baik dariku!!Lebih bahagia dariku dengan caranya sendiri, pemikiranya, cita-cita dan harapan-harapanya, lebih bahagia dengan percobaan-percobaanya sendiri, dengan pandangan-pandanganya sendiri walaupun pandangan-pandangan dan semuanya itu suatu yang asing bagiku dan asing bagi generasiku.

Aku putuskan untuk "jujur" agar aku tidak mencuri mimpi-mimpinya juga tidak "membunuh" harapan-harapanya, aku hanya akan memberikan nasehat-nasehat, arahan-arahan serta petunjuk, aku juga tidak akan menggunakan kekuasaanku untuk menjadikanya menjalani sesuatu yang tak sesuai dengan keinginannya. dan berputar-putar dalam suatu lingkungan dimana dia ada didalamnya secara tiba-tiba.

Bahwa para professor pendidikan modern, para pemerhati kesehatan psikologis menyimpulkan sebuah penelitian penting yang mengatakan bahawa " Seorang anak yang tumbuh dalam sebuah lingkungan yang bebas, dialah yang mampu untuk berkreasi dan maju, dan menyimpulkan bahwa yang menjadi kendala penghalang bagi kreatifitas anak-anak kita serta mematikan imajinasi-imajinasi anak kita adalah larangan-larangan atau perintah-perintah yang sering dia dapatkan baik dari orang tua maupun dari sekolahan.

Kesimpulan lain yang di ungkapkan oleh ahli tentang masalah-masalah ABG , bahwa anak-anakABG yang merasa asing diantara orang tuanya, yang berbeda jauh antara pemikiranya dgn pemikiran orang tuanya, serta tidak pernah mendengarkan apa-apa dariorang tuanya kecuali perintah-perintah yang wajib dilaksanakan, akan menjadi lebih Extrem dalam perilakunya dibanding dengan yang tumbuh ditengah-tengah lingkungan yang menjalankan prinsip Dialog diantara semua anggota keluarga.

Bukan tujuanku disini untuk menyalahkan para orangtua kita, karna kita yakin bahwa niat mereka baik dan suci yang cukup untuk memaafkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan mereka dalam mendidik kita.Akan tetapi aku hendak memperingatkan para Orangtua muda, Bahwa kebahagiaan anak-anak kita datang dari kemampuan kita dalam menjadikan untuk lebih sadar dalam menilai dan menemukan dirinya sendiri, serta melihat semua sisi pribadinya serta mengetahui sepenuhnya tentang "pemahaman" kebebasan/kemerdekaan pribadi.

Kebahagiaan mereka akan datang dengan cara menasehati mereka, menyinari jalan mereka, memberinya lampu penerangan yang kita nyalakan dengan minyak percobaan serta pengalaman, akan tetapi mereka sendirilah yang akan menyusuri jalan serta menanggung berbagai rintangan serta menerima hasil-hasilnya.

Dan hal ini tak akan tercapai kecuali oleh generasi orang tua yang berwawasan yang meninggalkan rintangan-rintangan masa lalu beserta pengaruh-pengaruhnya, yang bercita-cita membangun sebuah generasi yang mampu melakukan sebuah perubahan yang kita cita-citakan dan harapkan akan tetapi dengan cara-cara mereka anak anak kita, bukan dgn cara kita
(dikutip dari buku "karim sadzliy", penulis sebuah buku "cinta saja tidak cukup!)

tambahan saya kutip juga dari hasil diskusi tentang pendidikan anak :
dalam pendidikan anak itu ada 3 fase
1. diperlakukan sebagai raja = ini usia 1 -- 10 an tahun
2. diperlakukan sebagai pekerja/ budak = usia 10 -- 15 taunan
3, diperlakukan sebagai partner/ sahabat == 15 (dewasa) ------------------- keatas
fase pertama - sianak harus mendapatkan perhatian dan kasih sayang penuh biar kejiwaan & psikologisnya berkembang dengan baik
kedua - = diperlakukan sebagai pekerja , kalau salah ya dihukum ,
ketiga = dinasehati, kasih pilihan pilihan
selanjutnya biarkan dia memilih dan mempertangungjwabkan pilihanya

Tidak ada komentar: